Selasa, 02 Maret 2010

Trying to get out of the blue...

Dini hari, panas banget, mungkin suhu kamarku mencapai 35 derajat celcius kali ya... subhanallah... ini belum di neraka, ty... istighfar... ‘^o^

Habiz nge-game “Luxor” sama “Chainz Relinked”, ga bisa bubu, sekalian aja ngupi Coffeemix. Uda tau ketagihan, eh masih aja neggak kopi. How can I stop this??? Help me please...

Membongkar-bongkar isi hard disk, kutemukan folder berisi 49 tulisanku yang pernah dimuat di dalam sebuah blog pribadi. Tiba-tiba muncul kembali hasrat untuk membuat sebuah account blog di situs berbeda. Aku ingin tak terlihat. There’s just me, only me, with all mine... It would be nice... let’s start it tomorrow... hoho...

Masya Allah, bau banget badanku malem ini... rasanya pengen mandi, tapi tengah malem... mandi kembang kaleee.... hihi...

Untuk me-launching blog yang baru ini, aku akan me-repost tulisan-tulisanku yang pernah ku-post di blog lamaku. Karena semua tulisan itu menjadi cermin diriku selama 2 tahun terakhir ini. Sepenggal kisah lama yang indah. ini tulisanku yang ke-50 dalam kurun waktu 2 tahun. Ga produktif yak??? Well, i’m trying... at least... heheh... ;p so, enjoy it...

Tyas 10 nov 2009 01.20 am

Picture taken from: http://www2.umy.ac.id/wp-content/uploads/2008/12/tulisan.jpg

10 Ramadlan 1430 H/ 31 Agustus 2009

Bismillahirrahmanirrahim...

Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh...

Alhamdulillahi rabbil’alamin... nikmat Islam, iman, hidayah, dan ‘afiyah dari-Mu masih kurasakan hingga detik ini, Ya Allah... tiada rencana aku menulis ini malam ini, tetapi aku perlu mencurahkan segala perasaanku saat ini.

Entahlah, sudah berapa ratus kali aku curhat pada-Mu, Ya Allah... karena dengan curhat kepada-Mu hatiku menjadi tentram kembali. Segala yang Kau timpakan kepadaku sungguh indah dan sarat hikmah. Aku bersyukur karna menjadi orang yang kau pilih untuk memikul cobaan ini. Tidak setiap orang Kau beri nikmat ini, Ya Allah... ini semua Kau berikan kepadaku karna suatu alasan yang jelas. Aku yakin itu, karena janji-Mu adalah pasti.

Proses ini merupakan salah satu tarbiyah yang Kau berikan secara langsung padaku. Tarbiyah yang insya Allah aku tlah memperoleh esensinya, hikmahnya. Subhanallah... karena proses inilah aku lebih menghargai waktu, lebih menghargai ilmu, lebih menghargai manfaat shadaqah, lebih menghargai potensi diri, lebih menghargai fasilitas yang kumiliki, dan lebih bersyukur atas segala keindahan yang tlah Kauberi. Indah, Ya Allah... Maha Suci Engkau yang telah menciptakan segala sesuatu tanpa sia-sia...

Beri aku kekuatan untuk menghadapi ujian ini, Ya Allah... karena hanya dengan kekuatan-Mu lah aku bisa berdiri dan menengadahkan kepala. Hanya dengan kasih sayang-Mu aku dapat menebar senyum dan kelembutan hati di hadapan saudara-saudaraku. Hanya dengan hidayah-Mu aku dapat berjalan di muka bumi ini. Hanya dengan sibghah-Mu aku dapat ber-amar ma’ruf nahi munkar. Hanya dengan segala campur tangan-Mu aku dapat bermanfaat dan memperoleh kemanfaatan dari alam semesta dan seluruh makhluk-Mu.

Ya Allah...
rengkuhlah aku,
peluk erat aku,
jangan biarkan aku terjatuh dan terjerembab,
hindarkan aku dari godaan syaithan
dan jauhkan syaithan dari rizki yang Kau berikan untukku,
limpahkanlah karunia dan nikmat-Mu kepadaku
sebagaimana yang Engkau limpahkan bagi orang-orang shalih...

Amin...

Wassalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh...

- Tyas -
Jogja, 00.48

Picture taken from: http://enengnurul.files.wordpress.com/2009/11/doa.jpg

Satu Rindu, Satu Mimpi

Kalau mendengar lagu ‘Satu Rindu’ dari Bang Opick, pasti teringat Ibu. Ya iya lah, lagu itu kan memang bercerita tentang kerinduan seorang anak kepada ibunya. Persis seperti apa yang sedang aku rasakan sekarang.

Semalam mendapat kabar dari Bapak bahwa Bapak, Ibu, dan Mba Dhani sedang ada di Depok, liburan di rumah Om Wowo. Senangnya... liburan ke luar kota dan menikmati liburan yang sebenarnya. Bagiku, setiap hari bisa dijadikan sebagai hari libur, tetapi lebih bijaksana kalau menjadikan setiap hari sebagai hari kerja, termasuk hari ahad. Kalau ga begitu, skripsi ini ga akan selesai-selesai. Keep fighting!

Pagi ini, aku sempat meluangkan waktu untuk membayangkan satu per satu wajah keluargaku tercinta. Bapak, Ibu dan Mba Dhani yang dalam kurun waktu 4 tahun ini tinggal bertiga di rumah kami Tegal. Mba Pipit, Mas Agung dan Rara sudah 2 tahun tinggal di Adelaide, dan akan lebih lama lagi tinggal di sana. Mba Wulan dan Mas Andri yang baru membina rumah tangga menetap di Surabaya.

Lihatlah aku. Di Jogja aku sendiri, 22 tahun, berstatus single, beraktivitas sebagai mahasiswa tingkat akhir yang sedang berjuang mengukir kunci untuk membuka pintu keluar dari Fakultas Psikologi Gadjah Mada. Sebuah kenyataan yang amat menyedihkan dan bisa membuatku membusuk jika aku tak bersyukur.

Sama busuknya seperti mimpi yang kualami menjelang Shubuh tadi. Mimpi itu bercerita tentang aku dan Ibu. Di dalam mimpi itu, aku ingin bercerita kepada ibu tentang kelucuan Rara – keponakanku satu-satunya. Entah mengapa, Ibu menolak mendengarkan ceritaku dengan mengibaskan tangan, alis berkerut, bibir tanpa senyuman, mata yang tidak sedikit pun melirik ke arahku, dan berkata, “Ssshhh, sana, sana!” Sesaat setelah peristiwa menyakitkan itu, Ibu menghampiri kakak-kakakku seraya mengobrol dan bercengkrama dengan mereka. Bayangkan betapa sakitnya hati ini... Mengapa nightmare seperti ini kualami?

5 jul 2009
Picture taken from: http://a-rose-designs.com/a-rs-des-cards/images/love1st-rose-card.jpg

Kusesali Tidur Siang Itu

Udara dini hari memang sangat menyehatkan, bersih tak terkontaminasi, juga bisa menyegarkan pikiran. Tak terasa pagi itu penunjuk waktu di laptop menunjukkan angka 4:10 am. Malam yang terasa amat panjang.

Aku teringat, saat itu aku sedang berada di titik kebuntuan dalam menyelesaikan skripsiku. Tertidur jam 11 malam dengan keadaan laptop menyala, lalu terbangun jam 12 malam. Kuputuskan untuk menenggak segelas kopi sebagai penghilang rasa kantuk. Jam 12 hingga jam 2 dini hari kupaksakan diriku menantang layar laptop dengan tekad merampungkan dua literatur buku sebagai rujukan teori dalam skripsiku. Namun, yang kuhasilkan dalam 2 jam penuh rasa kantuk itu tidak lebih dari satu paragraf tulisan. Sebuah pekerjaan yang sangat jauh dari kata produktif.

Setelah indikator low battery muncul di layar, segera kuputuskan untuk memejamkan mata sejenak. Dengan posisi menelungkup di atas kasur menghadapi sebendel buku tebal berbahasa Inggris ‘Handbook of Emotion’, plus alunan lagu ‘Only Hope’ milik Mandy Moore yang terdengar dari radio bututku, aku menganggap posisi wuenak ini bisa mengantarkan rasa kantukku ke alam mimpi, meskipun posisi tidur menelungkup adalah seburuk-buruk posisi tidur ahli neraka. Na’udzubillahi min dzalik.

Selesai sudah Mandy Moore melantunkan ‘Only Hope’, tapi tak jua mata ini terpejam. Beruntung, di saat sepi seperti itu aku masih bisa berpikir, merenungkan apa yang telah kualami hari itu. Tidak ada yang spesial pada hari Jumat itu kecuali satu hal. Baru kali itu aku merasa sangat berdosa dan menyesal karena telah tidur siang. Tidur siang yang tidak direncanakan, tepatnya.

Layaknya seorang peneliti yang sangat berantusias merampungkan penelitiannya, aku pun akan melakukan segala hal untuk melancarkan skripsiku agar lekas maju ke meja pendadaran. Salah satu ikhtiarku pagi itu adalah mengirim sms untuk Dosen Pembimbing Skripsi-ku. Kalau kau mau tau, begini isi sms-ku:

“Aslmkm.bu Sofie, hr ini sy akan mnyrahkan draft bab 1&2, skaligus mngambil revisi bab 3&4.ibu bs dtmui jm brp?trmaksih...”

Tidak ada yang salah dengan bunyi sms-ku itu kan? Menurut pengalamanku menghubungi dosen via sms, bahasa sms yang kugunakan itu sudah kuanggap cukup sopan, meskipun penyingkatan kata-kata mutlak dilakukan, demi efisiensi penggunaan space lembar sms tentunya. Kutunggu balasan sms dari Bu Sofie, namun hingga waktu sholat Jumat usai, tak jua kuterima balasan sms yang kuharapkan.

Dugaan sementara yang ada di kepalaku saat itu adalah bahwa Bu Sofie sedang tidak bisa diganggu karena banyak pekerjaan yang harus dilakukan hari itu. Oke, berarti aku harus menunggu hingga hari Senin untuk bisa mengambil revisi bab 3 & 4-ku itu.

Seusai having lunch, aku menuju kamar Rin-chan untuk mem-print draft bab 1 & 2 yang akan kuserahkan kepada Bu Sofie. Seolah sejalan dengan pikiranku, printer Rin-chan mendadak kehabisan tinta. Tinta kuisi, tapi huruf-huruf di layar laptopku tak jua tercetak di atas kertas A4 yang telah kusiapkan.

Ya sudah, ketidakberfungsian printer Rin-chan itu semakin menguatkan asumsi bahwa Bu Sofie baru bisa ditemui hari Senin, so, Bab 1 & 2 ini akan kuserahkan hari Senin saja, sekaligus mengambil revisi sebelumnya. Akibat kesalahan pengambilan asumsi tadi, semangatku siang itu pun mengendor, hingga mata ini terpejam dan tubuh ini terbaring di peraduanku nan nyaman.

Terbangun pukul 15.40 menjadi awal malapetaka hari itu. Seperti kebanyakan orang lakukan, begitu mata ini terbuka dari alam tidur, tanganku refleks menyambar handphone yang tergeletak di atas bantal. Bu Sofie membalas sms! Bunyinya:

“Revisi skripsi, bs diambil siang ini”

Oh, my! Tertulis di layar handphone, sms diterima pada pukul 14:39. Ku tertawa miris di dalam hati, dan senyum meringis terpancar dari wajah bulatku. Dengan kehilangan konsentrasi, aku segera mandi, dilanjutkan dengan sholat Ashar, siap-siap, cabut ke kampus.

Emang dasar dudung... Sampe kampus, kok sepi amat... Pintu masuk Gedung A sudah tertutup rapat. Di pos satpam hanya ada bapak yang biasa jagain motor. Tanya jawab di antara kami pun terjadi. Setelah puas mendapat jawaban dari bapak itu, aku melaju ke luar kampus dengan ekspresi menertawai diri sendiri dan malu pada Allah, karena telah berlaku ceroboh.

P.S. Hari Jumat kampus tutup jam 3, kok bisa ga kepikiran yak??? Ckckckck...

Ty, 04 Juli 2009

Picture taken from: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg15mkwxeMf0cnelId_TuDzmV_5z0urfOC0p-PBizfwRKz2rBLtcIYNVHnzrU3NJBECYWibc69ivRxuNU-dwI4Kh647U6agSkw0a4tZORlM4AwoRgwi5TIQGvGRztTqqhH-3xcAD13wmmKw/s320/bayi-tidur.gif

Tak Sempurna

Pemilu 2009 emang tidak hanya berefek pada segelintir orang dan pada sepetak bidang keilmuan, tetapi juga membawa dampak secara tidak langsung pada kehidupan seseorang, yaitu aku. Agak ga penting memang... Tapi ‘berkat’ Pemilu 2009 ini, aku jadi penghuni tunggal kos Wisma Ana. Ga juga sih,,, masih ada mba Dwi, tapi kamarnya sangat berjauhan dengan kamarku, sehingga kami jarang sekali berinteraksi, apalagi aktivitas keseharian kami juga berbeda. Mba Dwi adalah seorang pegawai Wisma MM UGM, sedangkan aku adalah seorang ‘peneliti’ yang bernaung di bawah lindungan Fakultas Psikologi UGM (baca: mahasiswa yang sedang nggarap skripsi). Hehe...
Tetangga kamar pada pulang kampung. Nyontreng plus long weekend holiday di habitatnya masing-masing. Huhu... senangnya... Bertolak belakang dengan nasibku yang dilarang pulang sama ortu coz bulan Maret kemaren uda dua kali pulkam... berat di ongkos, cuy... Jadilah nyontreng plus ber-long weekend di Jogja. Tapi ga holiday... coz banyak kerjaan menanti untuk kusentuh.
Salah satu pekerjaan rumah tangga yang harus kulakukan yaitu: beberes kamar 3x3 meter yang sudah tiga tahun kutinggali ini. Aku termasuk orang yang tidak menyukai keheningan, namun tidak juga menyukai keributan. At least, adanya suara-suara yang mengiringi aktivitasku akan membuat pekerjaanku lebih enjoy dan berwarna. Salah satu Alat termurah yang bisa bersuara dan menemaniku melakukan pekerjaan rumah tangga adalah portable 3 band radio dengan speaker berukuran 10x10 cm dan dihidupkan oleh 2 buah baterai ukuran besar. Radio yang kudapatkan dari Bapakku yang membelinya di salah satu toko elektronik di Jogja 4 tahun yang lalu. Jadul banget yak...? Biar pun jadul, namun aku bangga memiliki radio yang bisa kubawa kemana-mana. Termasuk njemur baju di lantai 2, atau piket kamar mandi. Useful banget kan?
Btw, sebenarnya bukan radio jadulku itu yang ingin kuceritakan di sini. Ada suatu topik yang selalu mengganggu pikiranku beberapa bulan terakhir ini. Nah, beberapa jam lalu aku teringat kembali tentangnya.
Lantunan musik international past hits Geronimo FM menemani aktivitas beberes kamarku. Di tengah-tengah kenikmatanku mempercantik pintu dan dinding kamar, tiba-tiba Geronimo memutarkan lagu Perfect by Simple Plan. Entah kenapa, Kalo dengar lagu ini, ‘jiwa remaja yang sedang mencari jati diri’ merasuk tubuhku. Halah, lebay... I feel like the whole world is against me... Waduh, lebay lagi...
Just want you to know, guys... hampir 4 bulan ini aku merasakan pressure yang amat besar dari pihak-pihak tertentu. Apa lagi kalo bukan tentang masa depanku????!!! Cobalah untuk mengerti apa yang kurasakan saat ini dengan membaca lirik lagu Perfect by Simple Plan berikut.

“Perfect”
Simple Plan

Hey dad, look at me
Think back and talk to me
Did I grow up according to plan?
And do you think I’m wasting my time
Doing things I wanna do?
But it hurts when you disapprove all along

And now I try hard to make it
I just want to make you proud
I’m never gonna be good enough for you
I can’t pretend that I’m alright
And you can’t change me

‘Cuz we lost it all
Nothing lasts forever
I’m sorry, I can’t be perfect
Now it’s just too late
And we can’t go back
I’m sorry, I can’t be perfect

I try not to think
About the pain I feel inside
Did you know you used to be my hero?
All the days you spent with me
Now seem so far away
And it feels like you don’t care anymore

And now I try hard to make it
I just want to make you proud
I’m never gonna be good enough for you
I can’t stand another fight
And nothing’s alright

‘Cuz we lost it all
Nothing lasts forever
I’m sorry, I can’t be perfect
Now it’s just too late
And we can’t go back
I’m sorry, I can’t be perfect

Nothing’s gonna change the things that you said
Nothing’s gonna make this right again
Please don’t turn your back
I can’t believe it’s hard
Just to talk to you
But you don’t understand

‘Cuz we lost it all
Nothing lasts forever
I’m sorry, I can’t be perfect
Now it’s just too late
And we can’t go back
I’m sorry, I can’t be perfect

‘Cuz we lost it all
Nothing lasts forever
I’m sorry, I can’t be perfect
Now it’s just too late
And we can’t go back
I’m sorry, I can’t be perfect

- t y a s -
Yk, 11 April 2009
11.13 a.m.

Picture taken from: http://blog.efahmi.info/wp-content/uploads/2009/01/sempurna.jpg

BULAN RAJAB DAN PALESTINA

Peralihan musim hujan ke musim kemarau 2009 ini membuatku semakin susah beradaptasi dengan cuaca dan iklim. Flu beraaaaatttt... Hampir masuk hari ke enam, hidung ini tak jua lancar bernapas, mampet. Juga suara beningku yang jadi bindeng sengau serak-serak basah gitu deeehhh... Napas jadi pendek-pendek... Nikmat sehat emang harus disyukuri... Betapa pun buruknya keadaan kita, kalau badan kita sehat, alhamdulillah... banget...

Malem-malem... dingin... Tadi sore abis ujan gue...de... Ga menggairahkan untuk keluar kos-kosan. Bahkan sejak siang aku sudah mempersiapkan makanan musim dingin untuk hibernasi semalaman ini. Beruang kali ye... hehe... Abis, gimana lagi? Mau keluar cari makan, males... warung favorit terdekat ga jualan dari kemaren. Tapi malam ini harus makan, karena aku masih harus menenggak Decolgen – obat andalanku saat flu menyerang. Weitz.... kok jadi ngiklan gini???

Bertemankan Notty tercinta, aku jadi ga kesepian. Lantunan lagu-lagu favorit jadi penyemarak suasana yang sepi karena tetangga kamar pada pergi (Kasian deh gue...), serta memotivasiku untuk tetap bertahan hidup (lhoooo???).

Nah, pas buka-buka Notty, eh nemu artikel ini, yang uda lama terpendam di folder khusus yang kuberi nama ”Palestine”. Sengaja ga ada yang kuubah dari artikel ini, coz niatnya emang copy-paste. Hehe… Selain itu, walaupun bulan Rajab masih 3 bulan lagi, itung-itung kita mempersiapkan diri menyambut datangnya bulan Rajab. Just wants to share... hope it means something to you…

-------------------------------------------
BULAN RAJAB DAN PALESTINA2007-07-24 16:14:47

kispa.org - Bulan Rajab adalah bulan ke Tujuh dalam hitungan tahun Hijriyah, bulan yang patut dihormati karena memiliki kehormatan disamping bulan Dzulqaidah, Dzulhijjah dan Muharram.
Bulan Rajab termasuk bulan Haram, karena pada bulan tersebut dilarang melakukan peperangan, dilarang (mengganggu) binatang-binatang hadyu (hewan-hewan kurban), dan binatang-binatang qalaa-id (hewan-hewan kurban yang diberi tanda), dan tidak boleh mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari karunia dan keridaan dari Tuhannya.

Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, (QS: At Taubah/9: 36).

Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah: Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar; tetapi menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah, (menghalangi masuk) Masjidil Haram dan mengusir penduduknya dari sekitarnya, lebih besar (dosanya) di sisi Allah. Dan berbuat fitnah lebih besar (dosanya) daripada membunuh (QS: Al Baqarah/2: 217).

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang hadyu, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari karunia dan keridaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. (QS: Al Maa’idah/5: 2).

Bulan Rajab merupakan bulan Isra’ Mi’raj, bulan ketika Rasulullah saw, diperjalankan oleh Allah pada suatu malam, dari masjidil haram di kota suci Mekah, Saudi Arabia ke masjid Al Aqsha di kota suci Al Quds, Palestina, kemudian berlanjut ke Sidratul Muntaha dan mendapatkan perintah sholat lima kali sehari semalam, langsung dari Penguasa Alam Semesta, Allah swt. Peristiwa tersebut berlangsung pada tanggal 27 Rajab tahun ke 10 Kenabiaan.

Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (QS: Al Israa’/17: 1).

Pernahkah kita berfikir sejenak, kenapa Allah swt menyinggahkan Rasulullah saw ke masjid Al Aqsha yang berada di kota suci Al Quds, Palestina ??? Bahkan Beliau saw bukan hanya mampir, akan tetapi juga memimpin sholat yang makmumnya adalah para Nabi dan Rasul terdahulu, Subhanallah, Walhamdulillah, Allahu Akbar!

Bukankah sangat mudah bagi Allah swt untuk memperjalankan Rasulullah saw langsung ke langit dan bertemu denganNya, sekali lagi sangat mudah, karena Allah adalah Tuhan Yang Maha Kuasa.

Di antara hikmahnya adalah agar umat Nabi Muhammad saw di manapun mereka tinggal agar memiliki kecintaan dan kepedulian terhadap masjid Al Aqsha yang berada di tanah suci Al Quds, Palestina. Sebagaimana yang telah dicontohkan Rasulullah saw dengan berkunjung dan melakukan shalat di dalamnya, bahkan beliau saw tahu dan hafal posisi masjid Al Aqsha berikut tiang-tiangnya.

Sekarang kondisi masjid Al Aqsha sedang terancam karena adanya galian/terowongan yang di buat oleh tangan kotor Zionis Israel, tujuannya adalah untuk menghancurkan kiblat pertama kaum muslimin, kemudian menggantinya dengan sinagog (tempat peribadatan) Yahudi. Apakah umat Islam rela masjid Al Aqsha dihancurkan zionis Israel penjajah bumi Palestina???

Bulan Rajab juga merupakan bulan dibebaskannya Baitul Maqdis dari tangan kaum Salib oleh Panglima Islam, Shalahuddin Al Ayyubi. Selama 88 tahun umat Islam tidak mampu membebaskan kota suci ketiga, Al Quds, karena umat Islam dilanda konflik internal dan banyak yang terjangkit penyakit Wahn ( cinta dunia dan takut mati), pada saat itu umat mengalami degradasi iman, degradasi ukhuwah sehingga mereka menjadi permainan musuh Islam, sungguh sangat menyedihkan. Hingga tampillah seorang pemimpin yang bertaqwa melakukan perlawanan dengan semangat Jihad fi Sabilillah, dengan izin Allah pada tanggal 27 Rajab 583 H/ 2 Oktober 1187 M, Baitul Maqdis dapat dibebaskan dengan cara yang bijaksana tanpa ada kekerasan dan cucuran darah. Mari kita jadikan momentum bulan Rajab sebagai bulan pembelaan terhadap Al Aqsha dari tangan kotor zionis Israel dan dukungan serta solidaritas bagi perjuangan rakyat palestina meraih kemerdekaan yang dicita-citakannya. Allahummanshur mujahidin fii Falistin 3X.

H. Ferry Nur S.Si. / Sekjen KISPA
(diakses pada 9 Agustus 2007)
-------------------------------------
- t y a s -
Yk, 2 April 2009
20.02 p.m

Picture taken from: http://fisan.files.wordpress.com/2006/10/bulan-terbelah-1.jpg

KISAH BUMI DAN LANGIT

Adapun terjadinya peristiwa Isra’ dan Mi’raj adalah karena bumi merasa bangga atas langit. Berkata dia kepada langit, "Hai langit, aku lebih baik dari kamu karena Allah S.W.T. telah menghiaskan aku dengan berbagai-bagai negara, beberapa laut, sungai-sungai, tanam-anaman, beberapa gunung dan lain-lain."

Berkata langit, "Hai bumi, aku juga lebih elok dari kamu karena matahari, bulan, bintang-bintang, beberapa falah, buruj, 'arasy, kursi dan syurga ada padaku."

Berkata bumi, "Hai langit, di tempatku ada rumah yang dikunjungi dan untuk bertawaf para nabi, para utusan dan arwah para wali dan solihin (orang-orang yang baik)."

Bumi berkata lagi, "Hai langit, sesungguhnya pemimpin para nabi dan utusan bahkan sebagai penutup para nabi dan kekasih Allah seru sekalian alam, seutama-utamanya segala yang wujud serta kepadanya penghormatan yang paling sempurna itu tinggal di tempatku. Dan dia menjalankan syari'atnya juga di tempatku."

Langit tidak dapat berkata apa-apa, apabila bumi berkata demikian. Langit mendiamkan diri dan dia menghadap Allah S.W.T dengan berkata, "Ya Allah, Engkau telah mengabulkan permintaan orang yang tertimpa bahaya, apabila mereka berdoa kepada Engkau. Aku tidak dapat menjawab perkataan bumi, oleh itu aku minta kepada-Mu ya Allah supaya Muhammad Engkau naikkan kepadaku (langit) sehingga aku menjadi mulia dengan kebagusannya dan berbangga."

Lalu Allah S.W.T mengabulkan permintaan langit, kemudian Allah S.W.T memberi wahyu kepada Jibrail A.S pada malam tanggal 27 Rajab, "Janganlah engkau (Jibrail) bertasbih pada malam ini dan engkau 'Izrail jangan engkau mencabut nyawa pada malam ini."

Jibrail A.S. bertanya, " Ya Allah, apakah kiamat telah sampai?"
Allah S.W.T berfirman, maksudnya, "Tidak, wahai Jibrail. Tetapi pergilah engkau ke Syurga dan ambillah buraq dan terus pergi kepada Muhammad dengan buraq itu."

Kemudian Jibrail A.S. pun pergi dan dia melihat 40,000 buraq sedang bersenang-senang di taman Syurga dan di wajah masing-masing terdapat nama Muhammad. Di antara 40,000 buraq itu, Jibrail A.S. terpandang pada seekor buraq yang sedang menangis bercucuran air matanya. Jibrail A.S. menghampiri buraq itu lalu bertanya, "Mengapa engkau menangis, ya buraq?"

Berkata buraq, "Ya Jibrail, sesungguhnya aku telah mendengar nama Muhammad sejak 40 tahun, maka pemilik nama itu telah tertanam dalam hatiku dan sesudah itu aku menjadi rindu kepadanya dan aku tidak mau makan dan minum lagi. Aku laksana dibakar oleh api kerinduan."
Berkata Jibrail A.S., "Aku akan menyampaikan engkau kepada orang yang engkau rindukan itu."

Kemudian Jibrail A.S. memakaikan pelana dan kekang kepada buraq itu dan membawanya kepada Nabi Muhammad S.A.W. Wallahu'alam.

Buraq yang diceritakan inilah yang membawa Rasulullah S.A.W dalam perjalanan Isra’ dan Mi’raj.

Sumber:
- Al Qur’anul Karim
- 1001 Kisah Teladan (File created by HEKSA)

Al Furqaan (25): 63
“Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.”

- t y a s -
Yk, 1 April 2009
22.03 p.m.

Picture taken from: http://loopdreamer.files.wordpress.com/2009/05/bumi1.jpg


Menjelaskan Perilaku Prososial: Mengapa Orang Menolong?

Ingatkah kawan, ketika guru kita sejak SD hingga SMA selalu memberi pelajaran kepada kita bahwa manusia memiliki dua fitrah, yaitu sebagai makhluk individual dan makhluk sosial. Tentunya pelajaran itu pernah muncul pada soal ulangan harian Ilmu Pengetahuan Sosial, bukan? Tidak ada yang menyangsikan kebenaran itu. Selain kedua fitrah manusia yang telah kita pelajari sejak kecil, ada satu lagi fitrah manusia yang paling penting, yaitu manusia sebagai makhluk berketuhanan. Adalah Kuypers – seorang ilmuwan sosial dari Belanda – salah satu ilmuwan yang mengemukakan teori hakikat manusia tersebut. Teori lain tentang manusia diuraikan oleh Aristoteles, yaitu bahwasanya manusia merupakan makhluk tertinggi di dunia, sehingga manusia dibedakan dengan hewan dan tumbuh-tumbuhan secara bertingkat-tingkat. Hanya manusialah yang mempunyai rasio kecerdasan dan kemauan, demikianlah teori dari Aristoteles.

Namun, tahukah kawan? Jauh sebelum Kuypers dan Aristoteles lahir, Allah SWT telah lebih dulu mencatatkan teori-Nya yang Maha Sempurna tentang manusia. Dalam Q.S. Ar Ruum (30): 30, Allah SWT berfirman bahwa manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai makhluk yang memiliki naluri beragama, yaitu agama tauhid. Dalam Q.S. As Sajdah (32): 7 pun Allah SWT berfirman bahwa Dia menciptakan segala sesuatu dengan bentuk terbaiknya, termasuk manusia - yang penciptaannya diawali dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Selain itu, Allah SWT juga telah memberikan keistimewaan bagi manusia berupa akal yang membedakan manusia dari makhluk Allah yang lain.

Di balik ketiga fitrah manusia tersebut, ada satu hal yang menggelitik pikiran saya untuk menulisnya di sini. Suatu perbuatan yang – secara sadar atau tidak – sering dilakukan oleh manusia terhadap manusia yang lain. Perbuatan yang bisa membuat seorang manusia merasa berharga dan bermanfaat bagi manusia lain. Sebaliknya, membuat seorang manusia merasa diperhatikan dan dapat merasakan indahnya ukhuwah yang terjalin antara umat manusia. Perbuatan yang dalam teori Psikologi Sosial dikategorikan sebagai perilaku prososial, yaitu TOLONG MENOLONG.

Apa yang sebenarnya memotivasi seseorang untuk melakukan perilaku prososial? Ada orang yang mengatakan bahwa ia memberikan pertolongan kepada orang lain dengan alasan moral – “Itu adalah hal yang benar untuk dilakukan” atau “Itu cara orang tua saya membesarkan saya” atau “Tuhan menempatkan saya di sana untuk suatu alasan”. Ada juga orang yang mengatakan bahwa orang melakukan tindakan baik hanya karena prospek mendapatkan hadiah (reward) berupa surga untuk selama-lamanya.

Kemungkinan penjelasan yang paling tidak egois dari perilaku prososial adalah bahwa orang yang empatik menolong orang lain karena “Rasanya menyenangkan untuk berbuat baik”. Berdasarkan pada asumsi ini, Batson dkk (1981) mengajukan hipotesis empati-altruisme (empathy-altruism hypothesis) yang mengungkapkan bahwa setidaknya beberapa perilaku prososial hanya dimotivasi oleh keinginan tidak egois untuk menolong seseorang yang membutuhkan pertolongan. Motivasi menolong ini dapat menjadi sangat kuat, sehingga individu yang memberi pertolongan bersedia terlibat dalam aktivitas yang tidak menyenangkan, berbahaya, dan bahkan mengancam nyawa. Perasaan simpati dapat menjadi sangat kuat, sehingga mereka mengesampingkan semua pertimbangan lain.

Teori yang lain mengungkapkan bahwa orang-orang kadang-kadang menolong karena mereka berada pada suasana hati yang jelek dan ingin membuat diri sendiri merasa lebih baik. Penjelasan dari perilaku prososial ini dikenal sebagai model mengurangi keadaan negatif (negative-state relief model). Dengan kata lain, perilaku prososial dapat berperan sebagai perilaku self-help untuk mengurangi perasaan negatif diri sendiri.

Secara umum, benar bahwa perasaan menjadi lebih baik akan dirasakan apabila seseorang dapat memberi pengaruh positif pada orang lain. Secara harfiah, memberi dapat benar-benar lebih baik daripada menerima. Menolong kemudian dapat dijelaskan berdasarkan hipotesis kesenangan empatik (empathic-joy hypothesis) yang mengatakan bahwa sang penolong memberikan respons pada kebutuhan orang yang ditolong karena ia ingin merasa lebih baik setelah berhasil mencapai sesuatu.

Islam sebagai agama yang sempurna telah lebih dulu memiliki teori tentang tolong-menolong antar umat manusia. Dalam Q.S. Al Maa’idah (5): 2, Allah SWT telah memerintahkan kepada umat manusia agar saling tolong menolong dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Alangkah indahnya apabila kita umat manusia – di sepanjang hidup kita – dapat saling tolong menolong. Gunakan waktu hidup sebaik-baiknya, teman! Jangan biarkan diri kita menyesal seperti orang-orang musyrik di hari pembalasan nanti – yang ketika dikumpulkan bersama orang-orang zalim lainnya dan para sesembahan yang mereka sembah selain Allah SWT – ditahan di tempat perhentian seraya ditanya: “Kenapa kamu tidak tolong menolong?” (Q.S. Ash Shaaffaat (37): 20-25).

Tolong menolonglah selagi diri kita masih berdiri tegak menjemput rizki Allah di dunia karena ketika kontrak hidup kita telah habis dan ruh telah terpisah dari jasad kita, maka pada hari (kiamat) itu kita tidak bisa saling menolong, bahkan terhadap keluarga kita sendiri (Q.S. Al Mu’minuun (23): 101).

Wallahu a’lam bi showab.

Sumber:
- Al Qur’anul Karim
- Baron, R.A., Byrne, D. 2005. Psikologi Sosial jilid 2. Erlangga: Jakarta.
- Gerungan, W.A. 2002. Psikologi Sosial. Refika Aditama: Bandung.

- t y a s -
Yk, 20 Maret 2009
15.49 pm

Picture taken from: http://shavuatov.files.wordpress.com/2009/07/helping-hand.jpg

BoneKa beRuanG hitAm puTih

Panda raksasa atau beruang bambu ini berahang pendek, berbulu di telapak kakinya, dan berbulu kasar-tebal yang terbagi atas bagian-bagian berwarna hitam dan putih. Karena warna bulunya yang hitam dan putih, maka panda juga disebut ‘kaki kucing hitam putih’. Kok kucing? Nah, jangan bingung... ‘Kaki kucing hitam putih’ adalah terjemahan bahasa Yunani untuk nama panda raksasa.

Hewan yang pemalu ini hidup di hutan bambu di pegunungan tinggi Tibet Timur atau Cina Selatan. Hewan ini amat langka dan tidak begitu dikenal. Panda ditemukan pada tahun 1869 oleh seseorang berkebangsaan Perancis dan baru diimpor ke Eropa dan Amerika pada tahun 1930an. Kini hanya terdapat sejumlah kelompok panda yang hidup dalam kandang. Namun, mereka menarik banyak pengunjung ke kebun binatang tempat mereka tinggal.

Beberapa orang menganggap hewan molek ini sebagai boneka beruang hitam putih. Padahal, sebenarnya panda adalah keluarga jauh beruang dan malah lebih dekat dengan keluarga racoon. Entah karena langka atau karena kemolekannya, panda telah dipilih sebagai simbol organisasi perlindungan satwa liar terbesar, yaitu Dana Satwa Liar Dunia (The World Wildlife Fund - WWF).

Pada tahun 1939, seorang pemburu membawa empat ekor panda hidup ke luar dari lingkungan alamnya dan dikirim ke London. Ada cerita menarik tentang hal ini. Teman-teman tahu kan, kalau panda itu pemakan rebung bambu? Nah, waktu itu kebun binatang London ngga punya persediaan rebung bambu. Maka pihak pengelola kebun binatang itu meminta semua spesialis yang bertugas memelihara panda untuk menemukan menu pengganti bambu yang cocok untuk panda-panda itu. Setelah begadang malam-malam membaca buku (buku resep masak, kali ya???), akhirnya para spesialis itu menemukan satu cara untuk mengganti menu bambu tersebut. Gimana, coba? Caranya, mereka merebus wortel dan menyuguhkannya di dalam pincuk daun bambu untuk si panda. Mungkin resep itu namanya ‘Pepes wortel daun bambu’ (hehe... ngarang ajah...). Apa yang terjadi, sodara-sodara??? Panda itu terkecoh dan melahapnya dengan senang. Dengan demikian, selesailah masalah rebung yang sempat membuat pusing para pawang panda...

Oh iya, panda kecil atau panda asli juga amat menyukai rebung bambu. Hewan ini kadang-kadang disebut beruang-kucing karena panda kecil ini tampak seperti beruang kecil yang bertingkah laku seperti kucing besar. Hihihi... lucu yah???

Dari berbagai sumber dan beberapa perubahan yang diperlukan.

- t y -
Yk, 10 Januari 2009
23.15 p.m.

Picture taken from: http://static.guim.co.uk/Guardian/environment/gallery/2007/nov/12/wildlife/Giant-panda1C-David-Sheppar-8146.jpg

Till Deaf Do Us Apart

19 November 2008 – Saya, Dini dan Rakhma membulatkan tekad pergi ke Purwokerto untuk bertemu dengan Danang. Kami harus menemuinya karena dia satu-satunya subjek yang kami butuhkan untuk bisa menyelesaikan tugas Psikologi Kesukaran Belajar. Setelah rumah Dini di Kalibagor menjadi tempat pertama yang kami singgahi begitu tiba di Purwokerto, daerah Jatiwinangun Gang Arjuna merupakan tempat kedua yang kami tuju. Di sanalah Danang tinggal.
Malam itu jam 20.00 Danang sudah tidur. Maka, esok paginya kami menemuinya di sekolahnya di daerah Cikebrok. Setelah mendapatkan izin dari Kepala Sekolah untuk melakukan observasi, kami langsung menuju ruang kelas Persiapan I, tempat Danang belajar. Sekuat telinga ini mendengar, yang saya tangkap hanya suara Bu Katinem yang mengeluarkan kata-kata berulang-ulang, disertai gerak bibir yang jelas, serta sesekali menempelkan tangan siswanya ke leher kokohnya sambil berkata “Suara! Suara!”. Begitulah cara guru-guru Sekolah Luar Biasa Bagian B Yakut yang dengan susah payah memperkenalkan kata-kata yang tidak pernah didengar oleh para siswanya. Susah payah juga para guru ini memancing siswanya untuk mengeluarkan suara mereka yang sama sekali tidak pernah mereka dengar.

Karim, Gian, Afi, Farah, Devon, Rizki, Nuzul, dan Danang bergantian menyalami kami bertiga sambil menggerakkan bibir mereka berusaha mengucapkan “As-sa-la-mu-alai-kum” atau “Se-la-mat pa-gi” dengan terputus-putus dan hampir tidak terdengar seperti “Assalamulaikum” atau “Selamat pagi” pada umumnya. Berada di kelas Persiapan I selama pelajaran berlangsung membuat saya tidak henti-hentinya mengucap asma Allah serta tersenyum bahagia melihat anak-anak “deaf-traordinary” ini yang dengan tekun memperhatikan apa yang dikatakan Bu Kat di depan kelas dan berani tampil ke depan menunjukkan hafalan huruf dan angka yang telah dipelajari. Di kelas itu pula saya belajar bahasa isyarat. Menyenangkan.
6 tahun usianya. Jahil tingkah lakunya. Manis senyumnya. Ramah sentuhannya. Melengking teriakannya. Sabar dan hebat keluarganya. Itulah Danang. Adik sepupu Rakhma ini divonis lemah syaraf pendengarannya saat usia satu tahun. Kemampuan bisa mendengar masih mungkin dialami Danang, dengan alat bantu dengar (ABD), tentunya. Beberapa tempat pengobatan dan penyedia ABD di Djokdja telah didatangi oleh Ibunda Danang. Namun, karena berbagai kendala, sampai saat ini Danang belum bisa mendapatkan ABD itu. Meskipun demikian, Danang masih bisa berkomunikasi dengan orang-orang di sekitarnya dengan menggunakan bahasa isyarat. Di sekolah, Danang mau bersuara. Anehnya – menurut ibunya – Danang tidak pernah mengeluarkan suara ketika berkomunikasi dengan orang di rumahnya. Padahal menurut Bu Kat, yang terpenting bagi anak tuna rungu adalah melatih kemampuan mengeluarkan suaranya ketika ingin menyampaikan sesuatu, tidak hanya dengan bahasa isyarat saja.

Alasannya, tidak semua orang memahami bahasa isyarat yang dimengerti oleh para penyandang tuna rungu, sehingga apabila suara dapat dikeluarkan, maka lawan bicara yang merupakan orang awam bisa memahami apa yang disampaikan oleh anak-anak seperti Danang ini.

Allah memang tidak menciptakan makhluk-Nya dengan sia-sia. Tidak pula di dalam tubuh ciptaan-Nya hanya terdapat hal yang baik saja atau pun hal yang buruk saja. Contohnya Danang, di balik ketidakberfungsian telinganya, Danang sangat cepat menangkap hal-hal baru melalui matanya. Daya ingat yang tajam membuat Danang unggul pada beberapa hal, termasuk pengenalan benda-benda yang ada di sekitarnya. Menurut ibunya, Danang termasuk anak yang disiplin. Misalnya, begitu bangun tidur, Danang langsung mandi, lalu bersiap ke sekolah. Pulang sekolah – tanpa dikomandoi – Danang mengganti bajunya sendiri, mengambil baju di lemari dengan rapi tanpa berantakan. Setelah berganti baju, Danang langsung mengerjakan pekerjaan rumah (PR) yang diberikan oleh guru kelasnya. Menurut ibunya, Danang pernah tidak mengerjakan PR yang diberikan oleh Bu Kat, dan ia sangat menyesal, sehingga setiap PR yang diberikan pasti dikerjakannya dengan baik. Selesai bermain, semua mainannya dirapikan ke tempat semula. Danang tidak pernah mengambil atau merebut barang milik orang lain.

Sebaliknya, Danang paling tidak suka apabila barang-barang miliknya diambil atau dirusak oleh orang lain. Danang memiliki satu kakak yang dengan penuh pengertian membersamainya, meskipun terkadang mereka berkelahi. Tidak jarang pula Danang yang memulai perkelahian dengan kakaknya, karena memang Danang memiliki sifat jahil. Danang tinggal di rumah yang terdiri dari empat keluarga yang menempati rumah yang sama, sehingga interaksi sosialnya tidak terhambat. Dengan saudara sepupunya, Danang biasa bermain dan bercanda di rumah. Keluarga besar Danang pun memahami, mendukung, dan menyayangi Danang seperti anak-anak normal pada umumnya.

Melalui Danang, saya jadi tahu makna bersyukur yang seharusnya saya panjatkan kepada Allah SWT. Bahwa Allah tidak menyia-nyiakan hamba-Nya. Bahwa Allah menciptakan makhluk sesuai dengan bentuk terbaiknya. Bahwa segala hal yang baik menurut manusia belum tentu baik di mata Allah, dan segala hal yang buruk di mata manusia belum tentu buruk di mata Allah. Bahwa di balik kekurangan pasti ada kelebihan yang luar biasa. Bahwa segala kekuasaan dan kemahaan hanya milik Allah semata.

- t y -
24 November 2008
23.45 p.m.

Picture taken from: http://www.afunnystuff.com/images/Deaf%20Child.jpg

SweeT novEmbeR

Meskipun sekarang sudah memasuki bulan Januari 2008, saya tetap mem-posting tulisan saya bulan November lalu. Basi dan panjang memang... tapi kalau kau mau meluangkan waktu untuk membacanya, ga rugi juga qo... lagian, masa lalu menentukan diri kita di masa depan...
Judul film yang dibintangi oleh Keanu Reeves dan Charlize Theron ini sengaja saya jadikan judul postingan saya kali ini. Eit... tunggu dulu... bukan berarti saya sedang dilanda mabuk asmara, tapi memang saya telah mengalami hal yang ‘sweet-sweet’ di bulan November tahun lalu itu...

SweeT proPosaL
7 November 2008 - Setelah mengalami pergantian judul beberapa kali, akhirnya pondasi ‘masterpiece’ yang hendak saya bangun satu semester ke depan jadi sudah. Pergulatan emosi, perdebatan kognitif, sampai pada pertimbangan sosio-kultural mengiringi saya dalam perampungan proposal ini. Semoga peletakan batu pertama ini menjadi awal yang baik dalam proses pengerjaan ‘masterpiece’ saya menuju gerbang Grha Sabha Pramana tahun depan. Minta doanya...

SweeT weddiNg
8 November 2008 menjadi tanggal bersejarah bagi keluarga Sudiharto. Pernikahan kedua yang dilaksanakan di rumah kami setelah pernikahan Mba Pipit (kakak pertama saya) dan Mas Agung tahun 2004 silam membawa kesan tersendiri bagi saya. Mba Wulan (kakak kedua saya) dan Mas Andry bersanding di pelaminan megah diapit oleh kedua orang tua masing-masing. Sebuah pemandangan yang indah sekaligus penantian yang harus saya lalui sampai tiba saatnya saya dan dia (yang belum saya temukan) akan bersanding di sana.

Hari itu juga debut pertama saya menjadi fotografer ‘candid camera’. Pak Lutfi & crew menjadi tim profesional yang bertugas untuk merekam seluruh moment pernikahan itu, sedangkan saya – secara khusus – diminta Mba Wulan untuk mengabadikan moment pernikahannya yang tidak terekam oleh tim Pak Lutfi. Beberapa moment penting yang tidak terduga berhasil saya rekam. Tapi sayangnya, saya tidak bisa menampilkannya di sini, karena saya tidak sempat meng-copy hasil jepretan saya itu. Saking asyiknya memfoto jalannya akad sampai resepsi, sampai-sampai foto saya sendiri tidak ada di kamera yang saya pegang. Yang lebih parah, begitu acara selesai, saya baru menyadari bahwa kami sekeluarga tidak sempat berfoto bersama di hari penting itu.

Kealpaan yang sebenarnya bisa dicegah kalau saja kami tidak sibuk dengan urusan kami masing-masing. Jujur, saya menyesalinya. Tapi sudahlah, toh masih ada dua pernikahan lagi yang akan dilaksanakan di rumah keluarga Sudiharto beberapa tahun ke depan. Insya Allah...

Picture taken from: http://www.2007calendar.ca/assets/images/2007-november.jpg

Biar pun sedikit, nyank penting berisi

Bukan maksud hati menganaktirikan blog ini, tapi memang kondisi batin dan ragaku akhir-akhir ini ga terlalu oke. Lebay sih... tapi pikiranku pun ikut-ikutan stuck in a moment (U2 banget yak?). Terlintas beberapa peristiwa selama satu bulan terakhir ini yang ingin kubagi dalam tulisan di sini, tapi manifestasinya ga optimal. Jadilah tulisan-tulisan setengah matang yang ga layak published. Namun kali ini agak ‘kupaksakan’ diri menulis, demi eksistensi blog ini. Karena aku akan merasa amat berdosa apabila blog ini tak lagi terurus dan aku pun tak tega membiarkan terlalu lama para pembaca setiaku yang menanti tulisan-tulisanku (PE-DE mode: ON). Hehehe...

“Ternyata bukan kuantitas yang menjadi satu-satunya parameter keberhasilan”, celetuknya. Akhir November lalu, temanku – yang kau tidak tahu siapa – ini baru saja mendapatkan gift berupa Al Quran yang berisi lafal huruf latin plus terjemah – yang jika dibawa dengan satu tangan, kuyakin tanganmu itu akan terasa pegal, karena beratnya. Gift itu bisa jatuh ke tangannya karena panitia memberi penilaian berdasarkan jumlah kader binaan yang ia miliki lebih banyak dibandingkan dengan jumlah kader binaan yang dimiliki oleh kandidat penerima gift yang lain.

“Ternyata bukan kuantitas yang menjadi satu-satunya parameter keberhasilan. Aku merasa penilaian waktu itu nggak fair. Walaupun jumlah kader binaanku banyak, tapi hasilnya ga optimal, malah nggak bisa dibilang berhasil. Aku jadi malu sendiri”, kurang lebih seperti itu curhat temanku tadi pagi.

“Memang bener, tapi dalam waktu sempit, yang bisa kita nilai memang jumlahnya. Ga peduli isinya kaya gimana, kalo jumlahnya banyak, ya itu yang dianggap bagus”, aku coba berpendapat.
Seseorang dianggap kaya kalo diketahui harta bendanya banyak. Ga peduli didapat dari mana aja, dengan cara legal atau ilegal, halal atau haram, yang namanya orang kaya ya orang yang hartanya banyak. Kalo punya harta banyak, pasti ia bahagia.

Nilai raport atau IPK yang tinggi menunjukkan bahwa seorang pelajar/mahasiswa pandai. Ga peduli nilai itu didapat dari cara belajar yang sungguh-sungguh or just nyontek saat ujian, yang namanya mahasiswa pandai ya yang IPK-nya cum laude.

Kuantitas sering dijadikan penilaian sesaat untuk menentukan keberhasilan seseorang. Padahal, ga selamanya rumus tersebut berlaku. Size does matter, but it doesn’t always work well. Guru Matematika- ku waktu SMP sering berkata, “Lebih baik saya hanya punya murid 20, daripada punya murid 40 tapi susah diatur”. Hehe... waktu dulu, aku dan temen-temen sekelas emang bandel, ga bisa diam, maklum aja kalo gurunya ngeluh. Logikanya, kalo punya anak bimbingan dalam jumlah yang sedikit, penanganannya akan lebih intensif dan pengawasan pun bisa dilakukan secara detil, sehingga setiap person mendapat perhatian yang sama. Kalo muridnya banyak ya ga semua bisa di-handle dengan baik. Itulah kenapa sampai saat ini aku lebih senang ikut kelas kecil daripada kelas klasikal.

Begitu juga dengan item angket penelitian yang jumlahnya banyak, tapi konten-nya bertele-tele tidak lebih baik daripada angket penelitian yang jumlah item-nya sedikit, tetapi mengungkap seluruh aspek dari variabel yang ingin diukur. (Duh, jadi inget kerjaan niy...)
So, bersikap adillah dalam menilai sesuatu. Jangan hanya mementingkan kuantitas, lihatlah kualitasnya. Don’t judge candy by their amount, but look inside the package, shape, and feel the taste.

- t y -
23 Desember 2008
21.16 pm

Picture taken from: http://iushadisaputro.files.wordpress.com/2009/05/sedikit-jadi-bukit.jpg

Kurang Tidur

Uda dua hari ini jam tidurku sangat kacau. Ujian take home mata kuliah Isu-isu Kontemporer Psikologi Klinis menyita jam istirahatku. Lembur sampai jam setengah tiga pagi pun kulakoni. Terlepas dari tidak teraturnya manajemen waktu yang kuterapkan dalam mengerjakan tugas kuliah maupun tugas kerumahtanggaan lainnya, aku merasa hak tubuhku untuk beristirahat amat berkurang.

Allah telah mengatur siklus kehidupan manusia sedemikian rupa, yaitu dengan menjadikan malam dan siang, supaya manusia beristirahat pada malam hari dan supaya manusia mencari sebagian karunia-Nya pada siang hari agar manusia senantiasa bersyukur atas nikmat yang telah Allah limpahkan (Q.S Al Qashash: 73).

Ga nyaman rasanya kalau siklus hidup terbalik: malam untuk kerja dan siang untuk beristirahat. Selain bertentangan dengan perintah Allah, hal itu juga tidak dianjurkan bagi kesehatan fisik dan mental. (artikel ttg tidur...)

Picture taken from: http://alymerenung.files.wordpress.com/2009/10/kucing-tidur.jpg

The Importance of Family Support

Adalah sebuah keniscayaan bagi orang tua merasa cemas dan khawatir ketika mendapat vonis bahwa anaknya menderita suatu penyakit kronis. Sebuah kenyataan yang ingin ditepis oleh orang tua mana pun. Namun, keadaan tidak akan berubah apabila orang tua hanya bersedih tanpa adanya usaha untuk menyembuhkan penyakit sang anak. Sudah sepatutnya pihak keluarga mencari informasi perawatan dan pengobatan medis yang bisa membawa kesembuhan penyakitnya. Pada kenyataannya, di beberapa klinik pengobatan anak, hanya ditemukan para ibu yang mengurus anaknya dalam memperoleh kesembuhan. Para ibu ini sudah pasti mengalami kecemasan yang amat tinggi dalam menghadapi anak yang berpenyakit kronis.

Kecemasan ibu ini berasal dari berbagai macam sumber, di antaranya kecemasan ketika melihat kondisi fisik anak yang kian melemah dan tidak sehat; kecemasan memikirkan biaya perawatan dan pengobatan yang tidak murah; kecemasan akan ada atau tidaknya kemungkinan sembuh bagi sang anak; kecemasan akan hubungan sosial anak selama menderita penyakit; dan kecemasan akan masa depan anak karena proses pendidikan yang terhambat.

Bukan perkara mudah untuk merawat anak berpenyakit kronis seorang diri. Ibu yang mengalami kecemasan ini tidak mampu berjuang sendiri menanganinya. Dukungan dari orang-orang sekitar akan sangat berharga bagi sang ibu, terutama dukungan dari dalam keluarganya.

Demi melakukan usaha terbaik bagi sang anak, ibu sangat membutuhkan dukungan dari suami dan anak-anak yang lain berupa dukungan emosional, yaitu rasa empati, pengertian, perhatian, dan rasa nyaman. Dengan dukungan ini, ibu akan lebih tenang dalam menangani penyakit kronis sang anak. Begitu juga dukungan yang bersifat fisik, meliputi kesediaan menemani, kontribusi pemikiran, serta keikutsertaan dalam merawat anak dapat membuat ibu merasa dihargai dan didukung usahanya dalam mencapai kesembuhan anak.

- t y -
Awal September 2008
Picture taken from: http://library.thinkquest.org/06aug/01593/images/Family%20Support.gif

StucK in a MomeNt

Kulihat dunia di sekelilingku berputar. Berputar cepat seakan jauh meninggalkanku (Lebay MODE: ON). Aku tidak bisa menyesuaikan ritme perputarannya. Segala hal tlah berubah. Orang-orang di sekitarku pun bermetamorfosis. Dari telur menjadi ulat, ulat menjadi kepompong, kepompong menjadi kupu-kupu. Everybody’s changing.

Mba Nini tlah mengabdi di suatu LBH di Jakarta dan bulan Februari akan terbang ke Jambi. Mba Noe menjadi editor di sebuah kantor penerbitan ternama di Klaten. Hesti sangat antusias dengan kuliah S1 FEB-nya plus mengantongi banyak pengalaman magang. Mba Irma banyak belajar dari orang-orang hebat tentang betapa besar cinta keluarga terhadap seorang anak. Mba Lina akhirnya bekerja di salah satu Bank pemerintah terbesar di Banjarnegara, seperti yang dicita-citakannya dahulu. Susi tlah dilantik menjadi Wakil Ketua IMAK (Ikatan Mahasiswa Akuntansi) D3 FEB UGM dan kian larut dalam kepanitiaan berbagai seminar. Rini berbahagia dengan hobi mengutak-atik komputernya plus menekuni ilmu pengambangan diri. Renshi bersemangat menyelesaikan kuliah teori dan bersiap menapaki skripsi. Romi sibuk dengan proposal penelitiannya. Rere sedang giat-giatnya jogging di pagi hari. Ririn yang study oriented dan menjunjung tinggi birrul walidain. Dini rajin ke perpustakaan guna merampungkan BAB 1, 2, dan 3-nya. Rakhma sedang menanti dikhitbah tahun depan. Sasa sangat serius menentukan subjek dan metode penelitiannya. Pipit sedang menggeluti analisis dan kesimpulan penelitian. Hima sudah melalui pendadaran awal Desember lalu dan menjadi mahasiswa Psikologi UGM angkatan 2005 pertama yang memastikan diri wisuda bulan Februari mendatang.

Di mana aku berada sekarang? Rasanya orbit edarku terlalu jauh dari orbit teman-temanku. Pergerakanku terlalu lamban. Pergeseranku terlalu pelan. Di saat teman-temanku berlari, aku baru mampu berjalan. Dan detik ini, aku merasa stuck in a moment.

Entah kapan aku akan membawa diriku keluar dari lubang “jalan di tempat” ini. Sangat tidak nyaman berada di dalamnya. Sakit rasanya ketika mengetahui bahwa tidak seorang pun dapat menarikku dari lubang ini. Tidak seorang pun, kecuali diriku sendiri. Keluar dari belenggu stagnansi. Menyusun rencana realistis. Menapaki langkah kerja yang konkret. Membabat habis kemalasan. Mengubur hidup-hidup keputusasaan. Memuntahkan ejekan dan cemoohan. Menginjak-injak ketakutan. Meluluhlantakkan godaan-godaan yang merayu. Membakar habis puing-puing keluhan yang sering terucap. Mengumpulkan semangat yang terserak. Membangun batu bata optimisme. Memupuk pohon harapan. Mengindahkan tantangan yang menghadang. Berlari mengejar kesempatan. Mengoptimalkan fungsi tubuh dan nikmat kehidupan demi progress kerja yang signifikan. Bersimpuh, berserah diri di hadapan-Nya. Menanamkan doktrin “berpikir positif” dan “berbaik sangka” terhadap Dia yang Maha Berkehendak, sehingga alam semesta mendukung dan malaikat pun mengamini. Membimbing diri ini melakoni peran protagonis dalam rangkaian episode kehidupan. Hingga tiba saatnya akhir yang indah ketika diri menghadap-Nya.

- t y -
22 Desember 2008

Picture taken from: http://farm2.static.flickr.com/1257/644154294_fe073d6476.jpg